Kisah Bullying di Sekolah

 Siswa SMP di Bully Hingga Pahanya 
Harus Dipotong 4 cm

    Dugaan kasus pembullying atau perundungan terhadap anak. Seorang siswa kelas 7 berinisial G (13) harus menjalani operasi patah tulang setelah menjadi korban perundungan yang dilakukan salah satu teman kelasnya. Bahkan dokter harus memotong tulang pahanya sepanjang 4 cm, karena terjadi infeksi pada luka yang dialami korban. Kasus ini bermula ketika G kembali sekolah setelah 6 bulan menjalani pemulihan setelah operasi patah tulang karena kecelakaan.

 

 Namun selang sebulan sekolah, tepatnya pada tanggal 20 November 2021 terjadi peristiwa yang tidak diinginkan korban. Anaknya menjadi korban perundungan teman kelasnya paska pulang sekolah, salah seorang berinisial D, mengambil alat bantu mililk temannya. Beruntung ada salah satu temannya yang lain mencoba untuk membantu  megambil alat bantu jalan tersebut dan mengembalikannya ke korban.

 Namun tidak berselang lama, D kembali menghampiri korban. Kali ini, D menabrak kaki korban yang masih dalam masa pemulihan paska operasi tulang pahanya. Korban menangis kesakitan, hingga akhirnya salah satu guru menghampiri dan diantar pulang. Selama 3 hari dirumah, korban terus menerus mengeluh kesakitan pada bagian kakinya. Keluarga lantas membawa korban ke rumah sakit dan hasil pemeriksaan dokter, ternyata tulang paha korban kembali patah serta plat penyangga tulangnya  lepas akibat benturan tersebut. Akhirnya, dokter merekomendaikan korban untuk menjalankan operasi kembali.

Paska melakukan operasi, londisi korban semakin memburuk, keluarga langsung membujuk ke rumah sakit lainnya. Setelah melakukan pembedahan, ternyata sudah terjadi infeksi pada tulang paha korban. Dokter merekomendasikan agar melakukan amputasi terhadap tulang korban agar infeksi tidak menjalar.

Sayang dari pihak keluarga D, terduga pelaku, tidakada itikad baik untuk meminta maaf kepada keluarga korban atas kejaidan tersebut. Hingga akhirnya keluarga korban terpaksa membawa kasus ini ke ranah hukum. Meski demikian, pihaknya mendorong agar permasalahan ini diselesaikan secara kekeluargaan, mengingat pelaku masih dibawah umur.